A.
Latar
Belakang
Dalam rangka
pengambilan keputusan, pengelola perusahaan memerlukan informasi khususnya
informasi mengenai apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Informasi
yang cepat dan berkesinambungan berupa informasi akuntansi dalam bentuk laporan
keuangan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui keadaan dan kinerja ekonomi
suatu perusahaan. Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu (Kasmir, 2008:7). Laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan biasanya terdiri atas neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan ada untuk membantu investor dan kreditur
dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan laba rugi
contohnya, suatu perusahaan dapat saja memberikan gambaran bahwa perusahaan
tersebut mendapatkan laba yang tinggi. Namun laporan arus kas biasa saja
memperlihatkan bahwa perusahaan sebenarnya kekurangan uang kas. Menurut Skousen
dkk (2009 : 284), laporan arus kas menjelaskan perubahan pada kas atau setara
kas (cash equivalent) dalam periode tertentu. Setara kas adalah investasi
jangka pendek yang amat likuid yang bisa segera ditukar dengan kas. Dalam
laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut tiga
kategori utama yaitu : aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.
Aktivitas operasi menimbulkan pendapatan
dan beban dari operasi utama suatu perusahaan. Arus masuk kas terbesar dari
operasi berasal dari pengumpulan kas pelanggan. Arus keluar kas operasi
meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan
pajak. Arus kas operasi dicatat pada bagian awal laporan arus kas, karena arus
kas operasi merupakan sumber kas terbesar dan sangat penting untuk sebagian
besar perusahaan. kegagalan operasi perusahaan untuk menghasilkan arus kas
masuk yang besar untuk suatu periode yang panjang dapat merupakan tanda adanya
kesulitan pada perusahaan.
Aktivitas investasi meningkatkan dan
menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan
kegiatannya. Pada laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari
sekedar pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraca.
Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman
menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga
dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus kas. Kegiatan investasi
juga merupakan perolehan dan penjualan aktiva yang digunakan dalam operasi.
Karena itu, penjualan aktiva tetap dan penjualan investasi merupakan arus kas
masuk dari kegiatan investasi.
Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan
untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor yang diperlukan untuk
menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan pendanaan mencakup
pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wessel bayar dan
pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap
pemegang saham seperti deviden dan pembelian saham perbendaharaan. Asumsi bahwa
ketersediaan kas yang tinggi dari aktivitas pendanaan akan mempengaruhi jumlah
aktiva lancer berupa kas sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki
tingkat likuiditas yang tinggi untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
Secara sederhana likuiditas adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yaitu kas atau yang muda dicairkan
ke kas dalam jangka pendek, untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi
oleh perusahaan. Likuiditas merupakan kunci utama dalam upaya mempertahankan
suatu usaha agar dapat bertahan. Likuiditas juga berarti perusahaan mempunyai
cukup dana ditangan untuk membayar tagihan pada saat jatuh tempo dan
berjaga-jaga terhadap kebutuhan kas yang tidak terduga. Masalah likuiditas
penting dalam menjaga kelancaran operasional perusahaan serta dalam kebutuhan
jangka pendek dan darurat serta fungsi pertumbuhan (investasi) untuk mengembangkan
asset yang dimiliki sesuai dengan harapan yang diinginkan perusahaan.
PT Pertani (Persero) Makassar merupakan
salah satu Perusahaan Persero di Indonesia yang memiliki total arus kas yang
positif dan terus meningkat dari satu periode ke periode berikutnya. Hal ini
dapat kita lihat pada perbandingan laporan arus kas pada masing-masing
aktivitas dan likuiditas (rasio lancar) pada tahun 2007- 2011 :
Tabel
1.1
Ket
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
Aktivitas
Operasi
|
86.181.655.968
|
595.170.176.151
|
719.357.942.432.
|
728.167.799.465
|
1.240.624.301.835
|
Aktivitas
Investasi
|
(382.340.680.268)
|
(339.490.790.378)
|
(742.100.729.928)
|
(940.288.140.251)
|
(1.020.614.193.105)
|
Aktivitas
Pendanaan
|
344.540.971.520
|
351.997.962.28
|
(269.232.536.026)
|
579.646.178.600
|
(136.406.233.485)
|
Kenaikan –
Penurunan
Arus Kas
|
48.381.947.220
|
607.677.398.047
|
(291.975.323.522)
|
367.525.837.814
|
78.432.612.579
|
Rasio Lancar
|
71,9%
|
129,4%
|
116,8%
|
138,35%
|
120,8%
|
Sumber : diolah oleh penulis
Dari laporan diatas dapat kita ketahui
bahwa kas bersih dari aktivitas operasi cendrung mengalami kenaikan dari tahun 2007-2011.
Sebagai bahan pengamatan kenaikan dapat dilihat dari arus kas aktivitas tahun
2009 ke 2010. Dimana pada tahun tersebut, 2009 membukukan kas bersih sebesar Rp719.357.942.432
dan pada tahun 2010 membukukan kas bersih sebesar Rp728.167.799.465. Hal ini
tampak jelas terjadi kenaikan kas bersih sebesar 1,22% yang disebabkan oleh adanya
kenaikan arus kas masuk yaitu berupa kas yang diterima dari pelanggan, bunga,
dan pendapatan lain-lain. Semua ini sejalan dengan kenaikan likuiditas (rasio
lancar) perusahaan, dimana pada tahun 2009 rasio lancarnya sebesar 116,8% pada
tahun 2010 naik menjadi 138,3%. Ini artinya, semakin besar nilai arus kas dari
aktivitas operasi yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Untuk arus kas aktivitas investasi, kas
bersihnya juga cendrung mengalami kenaikan. Kenaikan aktivitas investasi
tersebut terjadi karna PT Pertani
Makassar menggunakan kasnya untuk memperluas dan menambah aktiva jangka
panjangnya. Sebagai bahan pengamatan, kenaikan dapat dilihat dari arus kas aktivitas
tahun 2009 ke 2010. Dimana kenaikan yang terjadi untuk tahun 2009 ke 2010
sebesar 26,70%. Kenaikan arus kas investasi ini diharapkan dalam jangka waktu
tertentu akan menghasilkan pendapatan
dan arus kas dimasa mendatang.
Dari arus kas aktivitas pendanaan, angka
negatif dan positif terlihat pada kas bersih
dari aktivitas pendanaan.
Perusahaan yang sehat angka dari aktivitas pendanaan bisa saja negatif atau
positif. Sebagai bahan pengamatan kita dapat melihat arus kas aktivitas
pendanaan pada tahun 2009 dan 2010. Dapat kita lihat bahwa kas bersih dari
aktivitas pendanaan ditahun 2009 sebesar Rp.-269.232.536.026 dan mengalami
kenaikan di tahun 2010 sebesar 115,2% dengan nilai Rp.579.646.178.600. dan
sejalan dengan itu likuiditas juga mengalami kenaikan, ditahun 2009 sebesar
116,8% naik menjadi 138,3% ditahun 2010.
Nilai yang defisit pada tahun 2009, tidak menurunkan tingkat likuiditas (rasio
lancar) perusahaan dikarenakan kas nya masih tinggi dan dana dari aktivitas
lain yaitu aktivitas operasi dan aktivitas investasi surflus. Sehingga
likuiditas (rasio lancar) pada perusahaan PT Pertani Makassar masih dikatakan
likuid. Walaupun demikian penulis akan melanjutkan penelitian ini, dan dari
penelitian ini penulis akan mengetahui apakah setiap aktivitas mempunyai
pengaruh atau tidaknya terhadap likuiditas.
Berdasarkan latar belakang di atas
mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Arus Kas
Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada PT Pertani (Persero) Makassar”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan
diatas, permasalahan yang penulis perlu diteliti adalah “Apakah arus kas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada PT Pertani
(Persero) Makassar “.
C.
Tujuan
Dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh arus kas terhadap
Likuiditas pada PT.Pertani (Persero) Makassar.
2.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Pihak
penulis, sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis
mengenai pengaruh arus kas terhadap likuiditas.
b. Pihak
perusahaan, sebagai masukan kepada pihak manajemen perusahaan yang dapat
digunankan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal ini laporan arus
kas.
c.
Pihak peneliti selanjutnya, sebagai
bahan referensi dan gambaran dalam melakukan penelitian khususnya yang
berhubungan dengan laporan arus kas dan likuiditas.
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arus Kas
1. Pengertian Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan
usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap
karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga
memerlukan perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat
menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus mendayagunakan kas, khususnya
kas atau uang yang sementara menganggur dan tidak digunakan untuk melaksanakan
kegiatan normalnya, hal ini diperlukan untuk menghindari resiko rugi.
Menurut Harahap (2010 :
258)
pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas
adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta
surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut
:
1)
Setiap saat dapat ditukar menjadi kas
2)
Tanggal jatuh temponya sangat dekat
3)
Kecil resiko perubahan nilai yang
disebabkan perubahan tingkat harga.
Kas sangat berperan dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus
memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui
defisit dan surplus kas.
Perusahaan yang memiliki kelebihan kas
dapat dibelikan surat-surat berharga (efek atau marketable securities atau
temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen.
Pembelian efek dilakukan untuk menjaga likuiditas karena hakikatnya efek
tersebut ialah uang tunai, artinya mudah dijual di pasar bursa dan untuk tujuan
investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual
dan harga beli.
2.
Laporan
Arus Kas
Informasi tentang arus kas suatu
perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus
kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta
keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus
menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dilaporan
keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Agar menghasilkan keuntungan
tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan
yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan
demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih
kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Skousen dkk
(2009 : 284) Laporan arus kas itu sendiri
didefinisikan sebagai berikut:
“Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah
laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut Harahap (2010 :
257),
mengemukakan bahwa :
”Laporan
arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran
kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan
transaksi pada kegiatan : operasi, pembiayaan dan investasi”.
Berdasarkan kedua pengertian di atas,
dapat dikemukakan bahwa laporan arus kas merupakan laporan yang
menginformasikan arus kas masuk dan arus kas keluar yang dihasilkan dari
aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan atau pembiayaan.
3.
Kegunaan
Arus Kas
Informasi arus kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai
sekarang dari laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. informasi
tersebut meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Menurut PSAK No.2
paragraf 04 (IAI:2009), Laporan arus kas disusun dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi
perubahan dalam asset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas
dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam
rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Adapun
kegunaan arus kas menurut Harahap (2010 :
257), yaitu dapat mengetahui:
a. Kemampuan
perusahaan meng”generate” kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus
kas keluar perusahaan pada masa lau;
b. Kemungkinan
keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk
kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang;
c. Informasi
bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber
kekayaan perusahaan;
d. Kemampuan
perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan dimasa yang akan datang;
e. Alas
an perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran
kas;
f. Pengaruh
investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi
keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
4. Klasifikasi Laporan Arus Kas
a. Aktivitas operasi
Dalam PSAK No. 2 paragraf 13 (IAI :
2009) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi
merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu
arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus
kas operasi masa depan.
Aktivias operasi adalah aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing
activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan (Syakur, 2009 : 40). Arus kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.
Pada umumnya arus kas tersebut berasal
dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penentapan laba atau rugi
bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi menurut PSAK No. 2
paragraf 14 (IAI: 2009) adalah:
1)
Penerimaan kas dari penjualan barang dan
jasa.
2)
Penerimaan kas dari royalty, fees,
komisi, dan pendapatan lain.
3)
Pembayaran kas kepada pemasok barang dan
jasa.
4)
Pembayaran kas kepada karyawan.
5)
Penerimaan dan pembayaran kas oleh
perusahaan asuransi sehubungan dengan klaim, anuitas, dan manfaat asuransi
lainnya.
6)
Pembayaran kas atau penerimaan kembali
(restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
7)
Penerimaan dan pembayaran kas dari
kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
b. Aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang
diperoleh perusahaan yang ditujukan untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Aktivitas investasi meningkatkan dan
menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan
kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung, atau
peralatan merupakan kegiatan investasi, atau dapat pula berupa pembelian atau
penjualan investasi dalam saham atau obligasi dari perusahaan lain.
Pada laporan arus kas kegiatan investasi
mencakup lebih dari sekedar pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan
sebagai investasi di neraca. Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan
investasi karena pinjaman menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan
pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus
kas.
Aktivitas investasi yang utama adalah
pembelian dan penjualan tanah, bangunan peralatan, dan aktiva lainnya yang
tidak dibeli untuk dijual kembali.
Aktivitas investasi juga termasuk
pembelian dan penjualan instrument keuangan yang tidak ditujukan untuk
diperdagangkan, seperti halnya memberi dan menagih pinjaman. Aktivitas
investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas (Syakur,2009:40).
Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Beberapa
contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi menurut PSAK No. 2
paragraf 16 (IAI: 2009) adalah:
1)
Pembayaran kas untuk membeli aktiva
tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri;
2)
Penerimaan kas dari penjualan tanah,
bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain;
3)
Perolehan saham atau instrument keuangan
perusahaan lain;
4)
Pang muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga
keungan);
5)
Pembayaran kas sehubungan dengan future
contracts, forward contras, option contracts, dan swap contracts kecuali
apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
c. Aktivitas pendanaan
Termasuk dalam aktivitas pendanaan
adalah transaksi dan kejadian dimana kas diperoleh dari dan dibayarkan kembeli
kepada para pemilik dan kreditor. Contohnya kas yang dihasilkan dari penerbitan
saham dan obligasi akan diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Menurut (Syakur, 2009:
4)
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan arus kas yang
timbul dari transaksi ini berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas
masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Beberapa
contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan menurut PSAK No. 2
paragraf 17 (IAI: 2009) adalah:
1) Penerimaan
kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya.
2) Pembayaran
kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan.
3) Penerimaan
kas dari emisi obligasi, pinjaman lainnya.
4) Pelunasan
pinjaman.
5) Pembayaran
kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban
yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease)
5.
Metode
Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Skousen dkk
(2009:289) dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung dan melaporkan
jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan yaitu :
a)
Metode langsung
Pada dasarnya adalah
pemeriksaan kembali setiap pos (atau akun) laporan laba rugi dengan tujuan
melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan sehubungan dengan
pos tersebut, dan cara terbaik untuk melakukan metode langsung adalah
mengurutkan secara sistematis daftar pos-pos dilaporan laba rugi dan menghitung
berapa banyak kas yang terkait dengan setiap pos.
b)
Metode tidak langsung
Dengan metode tidak langsung, laporan
arus kas dimulai dengan laba bersih, yang memasukkan pengaruh bersih dari
seluruh laporan laba rugi, dan kemudian melaporkan penyesuaian yang diperlukan
untuk mengubah seluruh akun laporan laba rugi menjadi angka-angka arus Kas.
Hanya penyesuaian saja yang dilaporkan. Seperti halnya dengan metode langsung,
cara terbaik untuk menampilkan metode tidak langsung adalah dengan melihat
laporan laba rugi akun demi akunnya.
Perbedaan antara kedua metode terletak
pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung,
arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas
keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis
penerimaan atau pengeluaran kas.
Sementara itu dengan metode tidak
langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba
bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya
penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena
pelepasan investasi. Arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi
penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan
pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional.
Arus kas dari kegiatan investasi dan
keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya
penerimaan dan pengeluara kas.
Perbedaan antara metode langsung dengan
metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan
operasi, sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan
adalah sama penyajiannya.
B. Likuiditas
1.
Pengertian
Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu aspek
keuangan yang penting untuk dianalisis. Hal tersebut dikarenakan likuiditas
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
suatu perusahaan yang dilihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban lancarnya.
Mardiyanto (2009;54)
ialah : “Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
(utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang
jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan”.
Menurut Munawir
(2007:31) mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut :
“ likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.
Suatu perusahaan dapat dikatakan likuid
apabila perusahaan tersebut mampu melunasi kewajiban finansial jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjangnya yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan. Sebaliknya,
jika suatu perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban finansialnya tersebut
digolongkan kedalam perusahaan yang likuid. Berdasarkan beberapa pendapat
mengenai likuiditas maka penulis menyimpulkan bahwa likuiditas merupakan suatu kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendek maupun jangka
panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan yang harus segera dipenuhi.
2.
Rasio
likuiditas
Menurut
Menurut Harahap (2010 : 301) ” Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya, rasiorasio ini dapat dihitung melalui sumber tentang modal kerja
yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.” Rasio-rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan yaitu rasio lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Acid Test Ratio) dan Rasio Kas (Cash Ratio).
a.
Rasio lancar (Current Ratio)
Current Ratio merupakan
rasio yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan digunakan untuk melunasi utang (kewajiban) lancar yang akan jatuh
tempo atau yang akan segera dibayar.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva
lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
Apabila rasio lancar 2:1 atau 200%
berarti 2 aktiva lancar mampu menutupi 1 hutang lancar. Artinya, dengan hasil
rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada dititik aman dalam jangka
pendek.
b.
Rasio Cepat (Acid Test Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini
semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio.
c.
Cash Ratio atas Aktiva Lancar
Cash ratio adalah
kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang
tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dituangkan, dimana telah
diketahui bahwa kas merupakan elemen harta lancar yang paling tinggi baik
likuiditasnya karena semakin banyak uang kas yang tersedia dalam perusahaan semakin
baik sebab keperluan jangka pendek dapat pula berguna untuk menjaga pada
keperluan yang mendesak. Untuk menghitung cash ratio dapat menggunakan rumus,
sebagai berikut :
Rasio
ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar.
C.
Kerangka
Pemikiran Dan Hipotesis
1. Kerangka
Pemikiran
Informasi arus kas akan
sangat berguna untuk menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
enjalankankegiatan operasional sedangkan informasi arus kas bagi pihak lain
adalah sebagai alternatif analisa dalam pengalokasian modal kerja.
2. Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian (Sugiyono 2005:14).
Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat.
Bedasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan
hipotesis:
“Diduga
bahwa ada pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas pada PT.Pertani
(Persero) Makassar.”
A. Desain
Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif
kausal.
Menurut sugiyono (2005:14) “penelitian assosiatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungn antara dua variable atau
lebih”. Dengan penelitian ini, maka dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.
B. Populasi
dan Sample Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek-objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2005: 74). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit pada laporan tahunan perusahaan
yaitu PT. Pertani (Persero) Makassar, selama lima tahun. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau sensus,
yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2005 : 74). Teknik ini sering dilakukan jika jumlah populasi
relatif kecil. Kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Sampel telah mempublikasikan laporan keuangan triwulan pada
periode 2007-2011.
2.
Laporan
keuangan disajikan dalam satuan rupiah dan telah diaudit.
C. Jenis
Data
Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
yang menggunakan data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang
diangkakan (sugiyono, 2005 : 74). Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer dan skunder.
1.
Data
Primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber asli yang masih memerlukan
pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis.
Dalam hal ini, data primer yang digunakan penulis berupa data hasil wawancara
dengan pihak perusahaan yang berwenang.
2.
Data
Skunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara. Dalam dokumen resmi perusahaan seperti Laporan Keuangan triwulan
perusahaan, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi PT Pertani
(Persero) Makassar, dan dari buku-buku serta literatur ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.
D. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1.
Teknik
wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan bagian keuangan dan bagian
akuntansi.
2.
Studi
Dokumentasi, yaitu mengumpulkan Informasi Laporan Keuangan triwulan Induk
Perusahaan PT Pertani (Persero) Makassar dari tahun 2007 sampai dengan 2011
serta data-data yang relevan dengan penelitian baik dari pihak perusahaan
maupun berasal dari buku-buku literatur dan internet.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagi berikut :
1.
Mengumpulkan
data yang diperlukan dalam penelitian ini,
2. Menghitung nilai arus kas dari
masing-masing aktivitas, nilai current ratio.
3.
Menganalisis
data serta melakukan pengujian hipotesis dan statistik,
4.
Menarik
kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh.
E. Metode
Analisis Data
Analisa
data ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif yaitu
mengumpulkan, mengolah, dan menginterprestasikan data yang diperoleh sehingga
memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang
dihadapi.